NE

News Elementor

NE

News Elementor

What's Hot

Apa Saja Diatur dalam Publisher Right Bagi Platform Digital dan Perusahaan Pers?

Table of Content

Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32 Tahun 2024 (Publisher’s Rights) berupa platform digital diwajibkan memberi kompensasi atas konten berita ke perusahaan pers pembuatnya.

Kompensasi ini tidak terbatas hanya pembayaran atas konten berita saja, lantaran ini juga mengatur kerja sama dalam berbagai hal antara platform digital dan perusahaan pers.

“”Bukan cuma membayar seperti di negara lain. Ada negosiasi. Perpres ini membuka ruang negosiasi antara platform dengan perusahaan pers,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Usman Kasong belum lama ini.

Pasal 7 Perpres 32/2024 juga menyebutkan kerja sama platform digital dengan perusahaan pers juga bisa berupa bagi hasil, berbagi data agregat pengguna berita, atau bentuk lain yang disepakati.

Chief Marketing Officer Kompas Gramedia (CMO KG) Media, Dian Gemiano sebagai orang yang terlibat dalam pembahasan draft Perpres Publisher’s Rights di kelompok kerja Dewan Pers mengemukakan revenue sharing (bagi hasil) telah dijalankan oleh perusahaan-perusahaan pers dan platform digital.

Namun, Perpres Publisher’s Rights menempatkan kerja sama dan revenue sharing dalam ranah hukum yang jelas. Contohnya, media-media online yang menggunakan tool analytics sudah melakukan hal ini.

“Meskipun nanti dalam pelaksanaannya mungkin perlu dibicarakan lagi karena bisa terkait dengan regulasi lain seperti UU Perlindungan Data Pribadi,” ucapnya.

Model kerja sama baru yang disebut dalam Perpres tersebut adalah lisensi berbayar atas konten berita. Jadi, platform global mengumpulkan konten dari berbagai sumber, termasuk perusahaan pers.

Pembayaran konten berita oleh platform digital sudah dilakukan di negara-negara yang telah lebih dulu memberlakukan regulasi mirip Publisher’s Rights seperti Kanada dan Australia.

“Karena mereka juga monetize dari situ (konten berita), maka kami minta license,” ujarnya.

Dengan begitu Dian Gemiano mengemukakan persoalan ini perlu dicari jalan tengah yang saling menguntungkan pihak platform digital dan perusahaan pers. Contohnya, Google News Showcase yang merupakan program lisensi konten global di sejumlah negara.

News Showcase mengumpulkan konten jurnalisme berkualitas dari perusahaan-perusahaan media yang berpartisipasi, untuk ditampilkan di produk Google seperti Google News dan Discover.

Konten yang diperoleh lewat News Showcase dibeli oleh Google sehingga perusahaan media yang memproduksinya mendapat pemasukan.

“Tujuannya bukan memusuhi platform, melainkan mengajak kerja sama,” tuturmya. (adm)

Sumber: kompas.com

bening

adripareport@gmail.com http://teknoandtravel.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent News

Trending News

Editor's Picks

Arsitektur Cloud Tersentralisasi Tak Bisa Penuhi Tuntutan, Kondisi Ini Sudah Disadari Peusahaan

Jakarta – Laporan riset Internationa Data Corporation (IDC) terbaru yang dibuat untuk Akamai Technologies menyebutkan perusahaan keamanan siber dan komputasi cloud mendukung dan melindungi bisnis secara online. Sementara itu penelitian berjudul ‘The Edge Evolution: Powering Success from Core to Edge mengungkapkan perusahaan di Asia Pasifik menyadari arsitektur cloud yang tersentralisasi tidak dapat memenuhi tuntutan skala,...

Presiden AS Donald Trump Undang Petinggi Perusahaan TI Dunia, Elon Musk Bilang Tak Diundang

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengundang sejumlah pimpinan perusahaan teknologi informasi (TI) untuk makan malam di Gedung Putih, Washington DC pada Kamis (4/9/2025). Mereka adalah Pendiri Meta Mark Zuckerberg, Pendiri Microsoft Bill Gates, Chief Executbe Officer (CEO) Apple Tim Cook, Sergey Brin dan Sundar Pichai dari Google, dan Pendiri OpenAI Sam Altman....

Banyak Orang Terlihat Romantis Berinteraksi dengan AI, Padahal Mereka Lebih Depresi dan Kesepian

Jakarta – Studi Peneliti dari Universitas Brigham Young yang dimuat Journal of Social and Personal Relationships menemukan banyak orang berinteraksi dengan artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) terlihat romantis. Namun, sebagian besar dari mereka tampaknya lebih depresi dan kesepian dibandingkan mereka yang tidak memakai AI. Peneliti menemukan satu dari lima orang secara keseluruhan dan seperempat dari orang...

NE

News Elementor

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Popular Categories

Must Read

©2024- All Right Reserved. Designed and Developed by  Blaze Themes